Memahami Apa Itu Bisnis

Ada tiga gagasan awal dalam konstruksi ekonomi. Pertama, ada kelangkaan (scarcity), kedua, biaya kesempatan (opportunity cost), ketiga, pilihan (choice).
  • Jika jumlah x ditambah, berapa y berkurang (tergantung slope, fungsi kontinu) (Gambar-1)
  • Jika saya kuliah, apa yang hilang (saya tidak bisa bantu orang tua kerja pasar)
  • Jika saya beli koran, apa yang saya korbankan (uang Rp2.500)
  • Jika saya bolos kuliah, apa yang tidak saya dapatkan (ilmu ekonomi)
  • Jika saya diam di rumah, apa yang kurang (tidak bisa gaul).
  • dst
Beberapa contoh di atas menjadi dasar kita untuk hidup lebih sejahtera (welfare) di dalam dunia keseharian kita yang sulit (scarcity). Dari sejumlah hal seperti waktu, uang, pikiran kita sehari-hari yang semuanya langka bagaimana kita mencapai dan meraih welfare. Inilah konsep penting dari opportunity cost dari ilmu ekonomi. Jika kita sudah paham OC tadi maka kita akan mudah menentukan pilihan. Pilihan minimal dua (fungsi diskrit) dan maksimalnya pilihan sangat banyak bahkan tidak terbatas jumlahnya (fungsi kontinu). Bagamana kita memilih, itulah ‘the heart of’ ilmu ekonomi.  
Gambar-1. Fungsi kontinu
 
Gagasan selanjutnya dari ilmu ekonomi adalah: hukum permintaan vs penawaran atau hukum penawaran vs permintaan (tergantung kita melihatnya). Untuk menyederhanakannya, kita juga mulai dari grafis sumbu xy tetapi diganti dengan notasi PQ [P=price dari product dan Q=quantity dari product). Garis OC (kontinu) digambarkan dalam dua fungsi: negative sama dengan fungsi permintaan (demand) dan positif dengan fungsi penawaran (supply). Perpotongan kedua garis: keseimbangan harga (equilibrium)—bukan keseimbangan kuantitas (Gambar-2).
 Gambar-2. Fungsi Permintaan (demand) dan Penawaran (supply)
 
Segala Sesuatu Ada Harganya
Hidup kita sangat berharga dan semuanya ada harganya, itulah alasan mengapa timbul permasalahan ekonomi. Makin sedikit jumlahnya makin tinggi harganya. Makin terbatas waktu kita makin tinggi harganya. Makin sedikit uang kita seharusnya makin tinggi harganya? Dengan kata lain makin sulit bagi kita mengorbankannya dan cenderung kita lebih hati-hati untuk penggunaan berikutnya. Ini berarti kita telah gunakan lagi konsep OC untuk memilih.
Keinginan (desires) dan kebutuhan (needs) adalah tujuan kita, kendalanya adalah anggaran atau nilai uang kita. Jika kita ingin sesuatu barang maka kita harus mengorbankan uang kita.  Inilah konsep dasar penting dari sisi demand yang pada berikutnya menurunkan teori perilaku konsumen, teori konsumsi, teori expenditure dsb. Sebaliknya harga memancing bergeraknya supply dan supply sendiri punya hukum sendiri tentang harga. Berapa dia mampu jual/tawarkan produk ke konsumen yang sedang memilih sangat tergantung berapa biayanya pengadaan atau pembuatan produk tersebut. Kita gunakan lagi konsep OC untuk memilih. Inilah konsep penting dari sisi supply yang pada gilirannya menurunkan teori (perilaku) berusaha, teori perusahaan, teori industri, dsb.
Kembali ke konsep keseimbangan yakni keseimbangan harga dari dua perilaku yang berbeda. Dengan kata lain keseimbangan adalah titik tunggal pilihan bersama dari dua pelaku ekonomi di pasar. Pasar sendiri adalah kata lain suatu interaksi antara Supply vs Demand dan Produsen vs Konsumen terhadap suatu komoditi atau suatu produk atau suatu barang. Intinya, keseimbangan pasar adalah keseimbangan yang terjadi pada tingkat harga antara kedua belah pihak. Ini berarti, harga jadi semacam ‘driver’ yang paling penting untuk kita perhatikan baik dari sisi konsumen maupun sisi produsen.
Jika sebagai konsumen: harga [kali] produk = harga pembelian produk suatu produk (produk dari production, manufaktur dan jasa). Darimana uang untuk membeli. Itu dari income kita sebagai upah (wage) atau keuntungan usaha sendiri (profit), atau bunga uang yang kita simpan (interest) atau nilai sewa dari property yang kita sewakan (rent). Ini berarti, wage, profit, interest dan rent adalah harga-harga yang kita terima dari setiap hal yang kita korbankan. Demikian juga produk yang kita beli korbanannya adalah uang yang kita bayarkan untuk membeli produk tersebut. Oleh karenanya, produk yang kita beli, secara tidak langsung adalah harga yang kita bayarkan dari upah kita yang merupakan korbanan dari waktu kita dalam bekerja.
Jadi setiap tindakan kita apapun akan membentuk konsep harga sendiri (demand vs supply). Khusus untuk upah, gaji, salary atau apapun namanya pada gilirannya melahirkan teori upah, teori pasar kerja (mengapa kita bekerja mengapa kita bersenang-senang (leisure) alias menganggur). Tantangangannya: Apakah setiap orang dari kita mau berganti peran dari penerima upah menjadi penerima profit, atau penerima sewa atau penerima interest? Jika kita penerima upah berarti kita bekerja untuk uang. Jika kita penerima profit, penerima sewa atau penerima interest maka atas uang yang kita investasikan (firm atau property) atau  kita simpan (deposito dsb), uang akan bekerja untuk diri kita.
Sebaliknya, jika kita sebagai produsen: harga [kali] produk (output) = penerimaan (revenue)—ini yang membentuk teori pemasaran (marketing), teori iklan, teori brand dst. Sedangkan, harga x produk (input) = pengeluaran (cost)—ini yang melahirkan teori biaya, teori kreativitas berusaha (operasi). Analisis harga-harga output dikurangi harga-harga input yang kita kenal sebagai profit melahirkan teori-teori finance: teori keuangan, teori pembiayaan, teori akuntansi. Jika semuanya kita gabung: revenue, cost dan profit maka pemahaman terhadap hal-hal tersebut menjadikan kita seorang wirausahawan  sejati (interpreneur). Teori entrepreneur dibangun dari tiga pondasi dasar tadi.
Apa itu bisnis?
Ilmu ekonomi sesungguhnya telah menurunkan ilmu bisnis. Prinsip dasarnya: choice (given scarcity dan OC); harga  atau pasar (given supply dan demand). Jadi choice dan harga/pasar adalah titik-titik kritis dalam fungsi bisnis dan enterpreneurship. Prinsip dasar untuk bisnis adalah profit. Dengan kata lain: tujuan pokok bisnis adalah profit. Singkat kata: bisnis adalah dunia usaha Jadi, profit = fungsi dari revenue dan cost. Oleh karenanya, biasanya usaha direpresentasikan dengan perusahaan (firm), apapun jenisnya dan berapapun skalanya.
IL (Q) = R(Q)-C(Q)
Dari fungsi di atas yang perlu pertama kali kita pikirkan adalah produk (Q) apa yang akan diusahaan. Produk yang sudah diketahui tidak terhingga banyak (old product), apalagi produk yang belum diketahui (new product). Jika fungsi profit kita turunkan terhadap Q (produk) maka hasil akhirnya adalah price (p) = unit cost (c)—bahasa teknisnya unit cost adalah MC (marginal cost). Profit ada jika p (Q) > c (Q). Jika p<c akan rugi dan jika rugi secara kronis boleh jadi bisa bangkrut. Dengan demikian, untung/rugi suatu usaha tergantung pada dua syarat:
  • Syarat perlunya: Produk apa yang dipilih untuk diusahakan (What)
  • Syarat cukupnya: Bagaimana produk diusahakan (How)
Dua syarat di atas tampaknya sangat sederhana tapi jangan lupa kita harus konsentrasi untuk memikirkannya. Semakin kita perhatikan secara cermat maka semakin baik. Jika satu orang yang memikirkan cenderung art, tapi jika banyak orang yang memikirkan cenderung scientific. Ingat bahwa kapasitas kita sangat terbatas, karena itu beberapa hal harus didelegasikan untuk memikirkannya. Tapi semakin banyak yang terlibat dalam memikirkannya sering muncul kendala: lambat dan kerap lama dalam proses pengambilan keputusan. Tapi jika satu orang yang memikirkan (pengelola tunggal) dapat diatasi dengan pemahaman yang kuat di tangan satu orang minimal dalam tiga aspek pokok: finance, operation dan marketing.
Membangun Bisnis yang Menguntungkan
Kita kembali ke fungsi profit. Profit adalah fungsi revenue dan cost. Semakin besar profit yang kita harapkan maka seharusnya selisih R-C semakin besar. Formulasi:
  • R makin tinggi (besar, banyak); C cateris paribus (tetap)
  • C makin rendah (murah, sedikit), R cateris paribus
  • Kenaikan R lebih tinggi dari kenaikan C
Intinya adalah keuntungan tidak hanya semata-mata ditentukan oleh bidang pemasaran, atau semata-mata oleh bidang operasi. Jika dua kemampuan itu digabung belum cukup untuk memastikan keuntungan harus juga ada ‘wasit’ yang baik dari bidang finance. Wasit yang baik adalah orang yang piawai untuk meleraikan dua tim yang bertarung (jika marketing dan operation tabrakan; dan membiarkannya jika marketing menyundul bola ke atas dan operation menginjak bola ke bawah). 
Gambar-3. Fungsi Biaya (cost) dan Fungsi Penerimaan (Revenue)
 
Ini pentingnya cross function ketiganya untuk mencapai tujuan perusahaan yakni profit,  bahkan sejak mulai dari how to identify a product (What is a..) sampai how to manage a business (How to…).